Meski desain grafis telah berkembang di Indonesia sejak alhir abad ke-18, pada perjalanannya kini desain grafis Indonesia masih jauh dari negara barat, termasuk negara asia seperti singapura, hongkong atau jepang. Permasalahan ketertinggalan desain grafis Indonesia tidak hanya menyangkut teknik dan mesin cetak, melainkan belum ditemukannya desain khas Indonesia. Masa keemasan desain grafis Indonesia sudah dimulai sejak awal abad ke-20 saat periklanan mulai marak di Indonesia, utamanya untuk aneka produk bumi dan import serta publik, seperti uang, perangko dan form. Sejak tahun 1930-an, Oxenaar (konsultan desain PTT) membuat revolusi desain untuk pos Belanda yang sangat maju dibanding dengan negara eropa lainnya. Desain karya belanda di Indonesia lebih ke arah etnis nusantara (tarian, benda seni, motis bias, dll, kadang dengan tampilan art deco.
Sayangnya setelah masa konfrontasi, sekitar tahun 1959 desain mengalami kemunduran dianggap dipakai sebagai media propaganda antibarat, sesuai peninggalan masa kedudukan Jepang. Kemunduran ini menjapai puncaknya tahun 1970-an ketika iklan dengan ilustrasi tangan mulai bergeser dengan iklan foto. Selain itu, Indonesia mulai dibanjiri dengan barang Amerika, yang banyak mempengaruhi pengiklan dan terus berlangsung hingga tahun 2000-an. Padahaldesain yang baik, tidak boleh terkotak-kotak, tapi harus ber-derless (tanpa batas). Sebagai negara besar sudah sepantasnya Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan negara lain.
Saya yakin desain khas Indonesia suatu saat nanti pasti muncul akibat tuntutan publik. Sayangnya, banyak perusahaan-perusahaan Indonesia malah justru lebih percaya pada pekerja asing seperti Singapura, Jepang atau Hongkong. Memang Indonesia masih sulit menciptakan satu gaya desain tersendiri akibat bentuk negara Indonesia yang memakai nation state, sehingga menghasilkan budaya yang beragam dan sulit dicari intinya.
Memang perlu waktu. Tapi harus diingat, kita punya satu bahasa pemersatu yang seharusnya bisa dijadikan pendekatan untuk mencari desain. Di sisi lain Indonesia masih banyak ketinggalan dalam segi teknik dan mesin cetak yang tidak memadai. Tak jarang, gara-gara kemampuan mesin cetak yang minim, sebuah desain tak jadi dibuat. Menjadi seorang Desain Grafis harus kompromi dan harus realistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar